Making Excuses

Making Excuses
Ayat bacaan: Kejadian 3:12
====================
“Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”

Mencari alasan sebagai bentuk pembenaran alias making excuses merupakan hal yang sangat sering kita perbuat ketika kita melakukan kesalahan. Kebanyakan dari kita lebih memilih untuk itu ketimbang mengakui kesalahan secara jantan. Dahulu kala di Jepang mereka menunjukkan pengakuan atas kesalahan secara sangat ekstrim dengan melakukan harakiri alias bunuh diri dengan samurai mereka. Kita tentu tidak perlu sampai seperti itu. Tapi setidaknya satu hal yang bisa kita lihat adalah bagaimana kita bisa dengan lapang hati mengakui dan meminta maaf atasnya jika kita melakukan kesalahan.

Pada kenyataannya banyak orang sulit melakukan itu. Meski dalam keadaan terdesak dan jelas-jelas salah sekalipun kebanyakan orang akan tetap berusaha mencari alasan yang bisa dijadikan pembenaran, atau setidaknya mengurangi beban kesalahan. Betapa kreatifnya orang ketika menciptakan berbagai alasan dalam pikirannya mulai dari yang sederhana sampai yang begitu kompleks. Lucunya, anak-anak kecil saja sudah seperti terlatih untuk mencari alasan dan berbohong padahal tidak ada yang mengajarkan mereka untuk itu. Mungkin kita pun pernah atau malah masih kerap melakukannya pada waktu-waktu tertentu. Mengakui kesalahan secara jujur memang tidak mudah, karena dalam banyak hal kita harus melawan ego, harga diri, wibawa dan lain-lain, bahkan ada kalanya kita juga harus siap menerima konsekuensi akibat kesalahan kita. Di dalam Alkitab pun kita bisa menemukan begitu banyak tokoh yang mencari alasan baik untuk mengelak dari kesalahan maupun untuk menghindar dari tugas yang diberikan Tuhan kepada mereka. Untuk hari ini mari kita lihat sebuah kisah klasik di awal penciptaan manusia ketika baru ada dua manusia saja, yaitu Adam dan Hawa.

Kejatuhan manusia ke dalam dosa dimana konsekuensinya masih kita rasakan hingga hari ini dimulai ketika Hawa tergiur dengan buah dari pohon pengetahuan tentang baik dan jahat yang terletak di tengah-tengah taman Eden dan kemudian melanggar larangan Allah. Memang benar, adalah ular yang mempengaruhi Hawa untuk memakan buah dari pohon itu, tetapi keputusan apakah mau menuruti Tuhan atau ular sebenarnya ada di tangan Hawa. Sayangnya Hawa memutuskan untuk mendengar ular, dan seterusnya berbagi kepada Adam. Lagi-lagi keputusan ada di tangan Adam apakah ia mau mematuhi Tuhan atau melanggarnya dengan mengikuti kesalahan Hawa. Adam memilih untuk menuruti Hawa. Maka akibatnya jatuhlah manusia ke dalam dosa untuk pertama kali.

Selanjutnya yang terjadi adalah mencari alasan dan saling melempar kesalahan. Ketika Tuhan menegur Adam, lihatlah bagaimana responnya. “Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” (Kejadian 3:12). Bukan meminta maaf, tetapi dengan segera melemparkan kesalahan kepada Hawa. Bahkan jika kita perhatikan baik-baik respon Adam, dia bukan hanya melemparkan kesalahan kepada Hawa, tetapi juga kepada Tuhan. “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku..” secara tidak langsung Adam berkata bahwa itu karena bujukan wanita yang Tuhan tempatkan. Dengan kata lain Adam menyatakan bahwa apabila Tuhan tidak menempatkan Hawa, maka ia tidak akan melakukan kesalahan. Kemudian Tuhan pun menegur Hawa. Tetapi apa jawab Hawa? “Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” (ay 13b). Lihatlah estafet melempar kesalahan yang terjadi pada waktu itu. Dan marahlah Tuhan. Tidak saja ular yang dihukum berat, tetapi Adam dan Hawa pun dijatuhi hukuman berat. Wanita berusah payah mengandung penuh kesakitan, sementara pria harus bersusah payah banting tulang dalam mencari nafkah seumur hidupnya. Semua ini berawal dari pelanggaran terhadap larangan Tuhan dan keengganan untuk mengakui kesalahan secara tulus. Kapan manusia mulai belajar untuk mencari alasan? Dari kisah awal kejatuhan manusia ini kita bisa melihat asal mulanya, yaitu sejak dosa mulai menguasai manusia.

Apa yang dilakukan Adam dan Hawa pada saat perbuatan keliru mereka diketahui Tuhan sungguh berakibat fatal. Dari sanalah dosa kemudian menyeruak masuk menguasai hidup manusia dan berusaha membinasakan kita hingga hari ini. Itu adalah konsekuensi berat yang harus ditanggung manusia sampai sekarang. Adalah kasih Tuhan yang luar biasa besar bagi kita yang akhirnya menyelesaikannya lewat Yesus Kristus. “Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.” (Ibrani 9:28). Tanpa Yesus niscaya manusia akan terus bergelimang dosa dan kehilangan peluangnya akan keselamatan kekal. Puji Tuhan dan bersyukurlah untuk itu. Adalah penting bagi kita untuk bisa bersikap legawa, jujur dan dengan rendah hati berani mengakui ketika melakukan kesalahan. Bereskan segera dan jangan mencoba menutupi dengan mencari alasan-alasan pembenaran sebelum semuanya bertambah sulit untuk dibereskan dan membawa konsekuensi yang jauh lebih berat lagi.

Belajarlah mengakui kesalahan dengan tulus tanpa mencari alasan sebagai pembenaran

Sumber: Renungan Harian Online

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑